Akhir November ditutup dengan penurunan IHSG yang cukup besar yakni hingga -1,8%. Hal itu membuat sebuah peluang untuk membeli saham di harga yang lebih murah pada bulan Desember ini. Selain itu bulan Desember adalah bulan yang baik karena banyak perusahaan yang sudah mengeluarkan laporan keuangan Q3 2017. Dengan melihat laporan keuangan Q3 2017 maka dapat dijadikan acuan untuk mengatur portofolio kita diakhir tahun.
Di Bursa Efek Indonesia ada banyak saham yang memberikan dividen. Ada yang memberikan dividen dengan persentase yang besar dari harganya dan ada pula yang kecil. Investor sebaiknya menghindari jumlah dividen yang terlampau besar karena dividen itu sulit untuk berulang di tahun-tahun berikutnya sehingga tidak cocok untuk investasi jangka panjang. Dividen yang baik adalah yang jumlahnya normal tapi bertumbuh tiap tahunnya mengikuti laba dari perusahaannya. Pertumbuhan dividen yang terus menerus dalam bertahun-tahun akan membuat investornya balik modal hanya dari dividen tersebut. Langsung saja berikut adalah daftarnya:
1. Telekomunikasi Indonesia (TLKM)
Saham Telekomunikasi sudah turun lebih dari 10% dari harga tertingginya 4800 menjadi 4200 di bulan Desember. Penurunan tersebut merupakan koreksi untuk saham TLKM karena saham ini sudah naik banyak hingga menyentuh harga tertingginya di 4800. Dalam laporan keuangan TLKM Q3 2017 ceritanya tidak berubah banyak, Pendapatan dan laba bersih meningkat double digit yaitu pendapatan meningkat sebesar 12,5% dan laba bersih meningkat sebesar 22%. Di harga 4200 saham TLKM memiliki dividen yield sebesar 3,3% dan diproyeksikan akan meningkat di tahun 2018 karena peningkatan laba bersih dan secara sejarah memang dividen TLKM selalu meningkat.
2. BFI Finance (BFIN)

3. Adi Sarana Armada (ASSA)

4. Bank Negara Indonesia (BBNI)
BBNI merupakan salah satu bank BUMN yang berkinerja baik di tahun ini. Melanjutkan pertumbuhan, kredit BBNI tumbuh 13,3% dan laba bersih tumbuh 31% pada Q3 2017 ini. Dulu saya pernah merekomendasikan BBNI untuk menembus 8000 di artikel ini. Target tersebut telah tercapai namun saham BBNI di harga 8200 masih terlihat sangat undervalue jika dibandingkan dengan emiten bank BUMN yang lain. Nilai PER saham BBNI di harga 8200 adalah 11 sedangkan BMRI sebesar 21, BBRI sebesar 14. Secara kinerja dan valuasi saham BBNI setara dengan BBTN namun dividen yield BBNI lebih besar yakni sebesar 2,6% dibandingkan BBTN yang hanya sebesar 1,5% di harga 3300. Rasio dividen BBNI sebesar 35% dan BBNI mengajukan rasio dividen 25% untuk tahun depan yang berarti merupakan penurunan. Namun penurunan itu berarti perseroan berniat untuk melakukan ekspansi dan akan menjadi modal yang leluasa untuk BBNI berekspansi.
5. Acset Indonusa (ACST)
Tidak hanya emiten konstruksi BUMN, sentimen negatif juga terjadi pada emiten konstruksi swasta. Acset Indonusa merupakan salah satu yang terkena dampaknya. Saham ACST telah turun sebesar -9,5% dalam setahun terakhir kendati kinerjanya yang cemerlang. Seperti emiten konstruksi BUMN kinerja ACST sangat cemerlang dengan pertumbuhan pendapatan 50% dan laba bersih sebesar 178% dan seperti emiten konstruksi BUMN harga sahamnya bertolak belakang terhadap kinerjanya. Saham ACST membagikan dividen secara interim dengan total dividen tahun ini sebesar 69 yang mencerminkan dividen yield sebesar 2,4%.
Kesimpulan:
Itulah kelima saham dividen yang sangat potensial pada Desember 2017. Pertumbuhan kinerja yang pesat dan dividen yang diterima akan membuat investor pada saham tersebut mendapatkan dua buah keuntungan sekaligus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar